Keutamaan Ilmu, Belajar & Mengajar (bagian 2)

Allah dan semua makhluk-Nya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan. Maksud shalawat disini adalah sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, Allah bershalawat adalah dengan mengampuni dosa-dosa, sedangkan makhluk-Nya bershalawat adalah dengan memintakan ampunan kepada Allah.

Fath al-Moshuli bertanya, "Bukankah orang sakit yang sudah sudah tidak makan, minum, dan berobat akan menemui ajalnya?" Lalu dijawab, "Ya." Maka beliau berkata, "Demikian pula dengan hati, jika sudah tidak bisa menerima kata-kata hikmah maupun ilmu selama tiga hari, maka ia akan mati."
Apa yang dikatakannya memang benar karena menu makanan hati adalah ilmu dan siraman kata-kata hikmah.
Namun, terkadang hati sudah tidak dapat lagi menerimanya karena sudah disibukan oleh urusan duniawi yang menghilangkan sensitifitasnya. Lalu ketika kematian mendekatinya pada saat ia masih disibukan dengan urusan duniawi, maka hatinya akan merasakan sakit yang tidak terkira perihnya dan terus-menerus tanpa akhir. Inilah makna sabda Nabi saw.,(b) "Manusia itu tertidur (lalai), lalu saat mati barulah ia terbangun (sadar)." (Ihya Ulumuddin)

Sedangkan keistimewaan menuntut ilmu ditegaskan oleh sabda Nabi saw,
"Sesungguhnya para malaikat benar-benar meletakan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu, karena ridha dengan apa yang dicarinya." (HR.Ahmad)

Menurut Al-Khaththabi, meletakkan sayap di sini ada tiga pengertian:
1. Bisa membentangkan sayap
2. Bisa berarti merendahkan dan menundukkannya, karen hendak menyampaikan hormat kepada orang yang mencari ilmu
3. Malaikat itu sendiri turun ke majelis ilmu, menunggui dan tidak terbang dari sana.

Pada hadist lain,
"Kamu mempelajari satu bab ilmu itu lebih baik dari pada shalat sebanyak 100 rakaat." (HR.Ibnu Majah)